Jawaban Aku orang batak. Boru sianturi . Papi aku marga sianturi. Nah kami orang-orang batak istilahnya sudah punya jodoh dari lahir yaitu sepupu kami sendiri. Jodoh aku disebut pariban. Jadi pariban itu begini papi aku marga sianturi punya adik atau kakak perempuan nah mereka itu punya anak lak
Dengansendirinya, Anda pun lebih ringan menjalani perkawinan, karena tidak perlu lagi menyembunyikan sesuatu atau harus bersandiwara agar terlihat hebat di mata pasangan dan keluarganya. 3/ Mertua bukan masalah Kalau orang tua Anda tak keberatan Anda bersahabat dengan seseorang, tentunya orang itu memang cocok di hati mereka.
9Keuntungan Berpacaran Dengan Cowok Batak Prinsip Boru Ni Raja Prinsip ini sudah ada sejak zaman nenek moyang suku Batak. Artinya adalah melindungi boru ni raja (putri raja atau gadis yang mendampinginya). Menurut orang Batak, perempuan harus diperlakukan seperti putri raja.
Ternyata biasanya pernikahan menggunakan adat Batak ini akan diselenggarakan secara besar-besaran. Acara pernikahan kamu pasti akan menjadi lebih semakin meriah karena banyaknya handai taulan dari kamu dan pasangan yang pasti diundang.
Kirakira serumit apa ya menikah ala Orang Batak ini? Yuk, simak ulasan berikut! Larangan untuk menikah dengan orang bermarga sama. Larangan menikah dengan marga serupa [Sumber gambar] Namanya Mar-Ito, yaitu tidak boleh menikahi orang dengan marga yang sama. Misalnya saja si lelaki berasal dari marga Gurning, perempuan juga bermarga Gurning, maka kedua belah pihak dianggap masih bersaudara, walaupun sebenarnya tidak punya hubungan apa-apa.
MEMILIKIpasangan dari Suku Batak, apalagi kaum lelaki pasti kenal sebentar langsung diajak menikah lho, Ladies! Rupanya cowok Batak tergolong tipe setia dan dianggap mudah cinta mati sama seorang perempuan. Tapi terlepas dari itu, menikah dengan orang Batak juga ada ebberapa kekurangan yang harus dimengerti. Daripada Anda sudah terlanjut menikah, lalu ada ketidakcocokan karakter di tengah mengarungi bahtera rumah tangga, sangat sayang rasanya.
. oleh Priska Siagian Okt 18, 2022 100 di Wedding Ideas Tambahkan ke Board Film Ngeri-Ngeri Sedap yang disutradarai Bene Dion Rajagukguk berhasil mencapai 2,6 juta lebih penonton di bioskop. Film ini bahkan didaulat untuk mewakili Indonesia di ajang piala Oscar 2023. Meski ceritanya sangat kental dengan budaya Batak, secara garis besar film yang dibintangi Arswendy Beningswara Nasution, Tika Panggabean, Boris Bokir Manullang, Gita Bhebhita Butarbutar, Lolox dan Indra Jegel ini menceritakan tentang beragam "tuntutan" orang tua kepada anak-anaknya. Salah satu "tuntutan" yang diangkat adalah tentang pernikahan beda suku. Adalah Domu sebagai anak laki-laki pertama dari keluarga Batak, diminta untuk menikah dengan perempuan Batak. Tapi Domu justru teguh pada pendiriannya untuk menikah dengan kekasih hatinya di perantauan yang bersuku Sunda. Perbedaan pilihan inilah yang membuat Domu tidak ingin pulang kampung sebagai bentuk penolakannya. Mengapa budaya Batak lebih menekankan pada pernikahan satu suku? Marga adalah salah satu ciri dari orang Batak. Adapun marga bukan sekadar nama keluarga atau nama belakang, melainkan sebuah identitas asal keturunan. Awalnya marga ini adalah nama dari raja-raja Batak yang kemudian diturunkan kepada keturunannya. Marga kemudian menjadi identitas yang mengikat hak dan kewajiban seseorang dalam adat. Itulah mengapa dalam sistem sosial masyarakat Batak, marga juga menentukan hubungan persaudaraan dan pernikahan. Maka ketika seorang laki-laki Batak menikah dengan perempuan Batak, keduanya menyatukan sistem kekerabatan marga dari kedua belah pihak. Inilah mengapa dalam masyarakat Batak, pernikahan yang ideal adalah yang berasal dari satu suku yaitu suku Batak. Pada zaman dulu menikah dengan yang bukan suku Batak dianggap menikah dengan orang asing. Karena tidak memiliki marga maka ketika ada acara adat akan sulit untuk menentukan posisi hak dan kewajibannya secara adat. Mangain menjadi solusi bersama agar pernikahan beda suku dapat disahkan secara adat. Dengan perkembangan zaman, terlebih banyaknya orang Batak yang merantau membuat pernikahan dengan di luar suku Batak pun jamak terjadi. Lantas, adakah solusi agar pasangan beda suku ini bisa diterima secara adat? Jawabannya adalah dengan memberi marga kepada orang yang bukan keturunan Batak. Adapun nama dari prosesi pemberian marga ini adalah mangain. Secara sederhana mangain adalah menjadikan seseorang sebagai anak dari keluarga Batak yang sudah ditunjuk. Adapun keluarga yang ditunjuk haruslah kerabat dekat dari calon mempelai. Ada perbedaan antara mangain laki-laki dengan perempuan. Jika yang akan diangkat menjadi anak adalah laki-laki maka disebut mangain anak, dan marga yang diberikan adalah marga amangboru suami dari saudara perempuan ayah dari calon mempelai perempuan Batak yang akan dinikahkan. Sedangkan untuk yang diangkat menjadi anak adalah perempuan maka disebut mangain boru, dan marga yang diberikan adalah marga tulang saudara laki-laki ibu dari calon mempelai laki-laki Batak yang akan dinikahkan. Sebelum adat mangain dilangsungkan akan diawali dengan rapat keluarga besar dengan tujuan menyepakati memberikan marga pada seseorang. Karena bagi keluarga yang bersedia memberikan marga, proses mangain bukan sekadar memberikan marga tapi juga memosisikan orang tersebut layaknya anak biologis mereka. Artinya segala hak dan kewajiban anak secara adat harus dilakukan keluarga tersebut kepada orang yang akan diberikan marga. Itu mengapa keluarga yang ditunjuk untuk memberikan marga tersebut juga harus memiliki hati yang terbuka serta ketulusan menerima orang tersebut sebagai bagian dari keluarga mereka. Adat mangain dilakukan sebelum pernikahan adat. Jika semua pihak telah sepakat maka akan langsung digelar adat mangain. Adapun secara garis besar, adat mangain dilakukan sebagai berikut 1. Natorasna orang tua Orang tua yang dimaksud di sini adalah orangtua yang telah siap ditunjuk sebagai orangtua angkat. Menyuapkan nasi atau indahan sebanyak tiga kali kepada orang yang akan diberikan marga sambil mengucapkan doa harapan. Menyuapkan ikan mas atau dengke sebanyak tiga kali kepada orang yang akan diberikan marga sambil mengucapkan doa harapan. Memberikan air putih atau air sitio-tio kepada orang yang akan diberikan marga. Lalu orang tua memberikan ulos kepada orang yang akan diberikan marga. Orang tua memberikan parbue gabe atau beras dalam tandok kepada orang yang akan diberikan marga. 2. Hulahula pihak saudara laki-laki dari ibu Memberikan ikan mas atau pasahat dengke. Memberikan ulos Memberikan parbue gabe. 3. Makan Bersama 4. Menyampaikan uang atau pasahat upa panggabei dari Dongan tubu atau saudara semarga Boru saudara perempuan dan suami dan bere keponakan Dongan sahuta, aleale atau teman sekampung. 5. Marhata gabe horas, manggabei ma angka raja. 6. Mangampu hasuhuton atau keluarga yang ditunjuk mengangkat anak mengucapkan terima kasih. 7. Ditutup dengan doa bersama. Setelah sah mendapatkan marga, maka dapat dilangsungkan pernikahan secara adat Batak. Dan karena telah memiliki marga maka orang tersebut sudah memiliki hak serta kewajiban dalam sistem masyarakat Batak. Artinya, dalam setiap prosesi adat yang akan dilakukan kedudukannya sama dengan orang Batak lainnya. Ini mengapa prosesi pemberian marga bukan sekadar agar pernikahan secara adat dapat dilakukan tapi juga agar lebih memahami serta menghargai budaya Batak secara turun temurun.
"Cari pasangan yang satu suku, adat dan kebiasaan aja." Kalimat itu yang mungkin sering kamu dengar di masyarakat, kan? Cinta beda suku memang masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat yang menjunjung tinggi adat istiadat daerah asalnya. Selain mitos larangan pernikahan suku Sunda dan Jawa, ada juga nih mitos larangan menikah bagi suku Batak dan Jawa. Kira-kira kenapa suku Batak dan Jawa sulit dipersatukan? Mengenal Mitos Pernikahan Terlarang antara Suku Batak dan Jawa Larangan menikah bagi suku Batak dan Jawa didasari oleh stereotype karakter masing-masing suku. Banyak orang beranggapan bahwa pernikahan antara suku Batak dan Jawa merupakan penyatuan antara sosok dominan dan submisif penurut. Suku Batak dianggap memiliki kepribadian dominan, wataknya cenderung keras dan ekspresif. Sebaliknya, Suku Jawa justru dianggap penurut dan lebih plin-plan. Sehingga pernikahan yang menyatukan dua orang beda suku tersebut dikhawatirkan menimbulkan penindasan. Seseorang yang berasal dari Suku Batak selalu dianggap lebih dominan dalam rumah tangga dan rentan menindas pasangannya yang berasal dari Suku Jawa. Padahal, anggapan tersebut tak sepenuhnya benar karena tidak semua karakter suku Batak dan Jawa sama. Notty J. Mahdi selaku Antropolog Forum Kajian Antropologi Indonesia juga pernah menjelaskan cinta beda suku antara Batak dan Jawa. Menurut Notty, adat istiadat kedua suku tersebut terbilang rumit dalam putaran hidup manusia life cycle dan berbeda satu sama lain. Bagi orang Batak, marga sangat penting karena keturunan diperhitungkan berdasarkan garis ayah. Pria Batak yang menikah dengan wanita di luar suku Batak harus mengadakan upacara pemberian marga untuk sang istri sehingga nanti keturunan mereka memperoleh peran dalam adat. Selain latar belakang karakter dan adat istiadat, pernikahan suku Batak dan Jawa juga dianggap tabu karena identik dengan perbedaan agama. Suku Batak sering dikaitkan dengan agama Kristen, sedangkan suku Jawa dianggap mayoritas menganut Islam. Padahal anggapan tersebut sama sekali keliru. Ada kok suku Batak yang mayoritas beragama Islam, contohnya Batak Mandailing. Masyarakat Suku Jawa juga ada yang menganut agama Kristen. Jadi, pernikahan Suku Batak dan Jawa tidak selalu dilakukan berdasarkan perbedaan agama. Apa Sih Sisi Positif Pernikahan Suku Batak dan Jawa? Jangan lelah mengupayakan perjuangan cinta kalau saat ini kamu menjalani hubungan beda suku dengan si dia. Faktanya, pernikahan Suku Batak dan Jawa justru bisa memberikan beberapa sisi positif berikut ini bagi kamu dan pasanganmu. Belajar Saling Menghargai Satu Sama Lain Cinta beda suku membutuhkan rasa saling menghargai agar perasaan tersebut awet dan membuat pernikahanmu langgeng. Pernikahan adalah proses belajar seumur hidup, terutama kalau kamu menikahi pasangan yang berbeda suku denganmu. Kamu dan dia sama-sama harus punya respect satu sama lain terhadap kebiasaan dan karakter masing-masing sehingga bisa menemukan solusi bagi setiap permasalahan hidup. Memperkaya Pengetahuan dengan Mempelajari Budaya Pasangan Perjuangan cinta beda suku juga dapat memperkaya pengetahuanmu tentang budaya lain di luar sukumu. Kamu berkesempatan mempelajari budaya daerah lain bila menikah dengan orang yang tidak satu suku denganmu. Seseorang yang berasal dari Suku Jawa akan banyak diajari dan dilibatkan dalam acara adat Batak yang sarat makna dan meriah. Sebaliknya, seseorang yang berasal dari Suku Batak juga akan diajari dan dilibatkan dalam acara adat Jawa lengkap yang khidmat. Sehingga nantinya rasa cintamu terhadap budaya negeri sendiri akan semakin besar setelah mengetahui kemegahan budaya dan adat istiadat suku lain. Mampu Mendidik Anak dengan Perspektif yang Luas Orang-orang yang menjalani pernikahan beda suku biasanya memandang hidup dari perspektif yang lebih luas, termasuk untuk urusan mendidik anak. Kemungkinan besar kamu dan pasanganmu tak akan ribet mengurus tentang calon pasangan anak atau cita-cita yang dipilih sesuai passion-nya. Perjuangan cinta yang kamu lakukan sebelum menikah membuat kamu dan pasanganmu bersedia membiarkan anak menentukan keputusan secara mandiri. Menjalani Kehidupan Rumah Tangga Secara Mandiri Pernikahan beda suku juga kerap membuat orang-orang yang menjalaninya harus memulai rumah tangga secara mandiri. Kamu harus meninggalkan rumah orang tua untuk merantau ke kota asal pasangan atau kamu dan pasangan sama-sama memilih hidup di tempat yang baru. Meskipun awalnya terasa berat, hal tersebut akan membuat kamu dan si dia berkembang menjadi pribadi yang lebih matang. Kamu dan pasanganmu akan terbiasa menyelesaikan permasalahan rumah tangga secara mandiri tanpa campur tangan pihak keluarga. Urusan mudik ke kampung halaman bisa dilakukan satu hingga dua kali setahun pada momen liburan panjang. Kalau saat ini kamu sedang menjalin kedekatan dengan orang yang berbeda suku, let’s SpeakUpForLove! Jangan ragu untuk memperjuangkan cintamu dan mengutarakan isi hati hanya karena dia tidak satu suku denganmu. Pernikahan harus dilandasi cinta dan komitmen jangka panjang, bukan sekadar soal kesamaan suku. Salah satu cara meningkatkan rasa percaya diri saat berada di dekat si dia atau berada di tengah-tengah teman dan keluarga, yaitu dengan menggunakan pasta gigi Closeup Ever Fresh. Pasta gigi Closeup yang satu ini diperkaya Triple Fresh Formula yang membuat nafasmu segar hingga 12 jam dan gigi lebih putih alami. Gigi putih alami dan nafas segar pasti akan membuatmu lebih mantap menyuarakan isi hati kepadanya. Let’s SpeakUpForLove dan mulai mantapkan hubungan dengannya sebelum si dia direbut orang lain, ya!
Dalam sistem kekerabatan dalam adat Batak ungkapan pariban atau marpariban lebih sering disebut hubungan antara seorang laki-laki dengan seorang wanita yang dilahirkan oleh Tulang paman atau orang yang semarga dengan ibu si pria tersebut. Kalau dari sudut pandang si wanita, pariban disebut kepada sepupu atau pria yang dilahirkan oleh Namboru atau yang semarga dengan ayah si wanita tersebut. Suku Batak sangat mendukung pada tradisi perjodohan pariban bahkan apabila kita bisa menikahi pariban,itu merupakan sebuah prestasi dan kebanggan tersendiri bagi untuk saat ini tradisi tersebut sudah tidak diharuskan lagi dalam keluarga. Dalam Sejarah Kerajaan Suku Batak kata pariban ini selalu menjadi senjata ampuh bagi laki-laki untuk mendekati wanita di awal pertemuan,yaitu disaat yang kita ketahui Suku Batak tidak lepas dari setiap perkenalan cowok batak dengan cewek batak,selain menyebutkan nama selalu menyebutkan marga apa dan boru apa. Apalagi dikalangan anak perantau kata pariban ini kerap menjadi alasan bagi para cowok maupun cewek untuk bisa lebih saling dekat walaupun tidak semuanya seperti itu,alias sebagian satu sama bahkan karna kuatnya kata pariban ini sebagai senjata mendekati lawan jenis. Dalam tradisi adat Batak Marpariban atau Pariban memiliki ikatan tersirat bahwa mereka dijodohkan secara adat. Maka jika seseorang menikah dengan seseorang yang diluar ikatan pariban maka akan diadatkan dan diangkat sebagai pariban atau sisada boru saat menikah nantinya oleh pihak Tulang sang pria. Jika dalam perkenalan antara pria dan wanita ada hubungan pariban biasanya akan terjalin rasa kedekatan sebagai sebuah keluarga. Namun ternyata ada Pariban yang tidak bisa saling menikah Pariban Na So Boi Olion. Ada dua jenis untuk kategori ini Pariban kandung hanya dibenarkan menikah dengan satu Pariban saja. Misalnya 2 orang laki-laki bersaudara kandung memiliki 5 orang perempuan pariban kandung, yang dibenarkan untuk dinikahi adalah hanya salah satu dari mereka, tidak bisa keduanya menikahi yang berasal dari marga nenek dari pihak ibu kandung kita sendiri atau pariban dari Tulang Rorobot Boru ni Tulang Rorobot. Misalnya nenek yang melahirkan ibu si anak laki-laki bermarga boru A dan perempuan bermarga boru A, tidak diperbolehkan saling menikah. Istilah pariban juga merujuk kepada adik anggi atau kakak angkang, misalnya ayah saya menikah dengan ibu saya. Kepada orang lain, ayah saya akan menyebutkan adik perempuan ibu inanguda/nanguda atau kakak perempuan ibu inangtua/nantua saya sebagai “pariban”. Namun kepada mereka sendiri, ayah saya memanggil anggi atau angkang. Pada pesta adat, golongan “Pariban” merupakan kelompok putri Boru manang Iboto dari pihak Hula-hula. Beberapa partuturon ayang berhubungan dengan pariban • Anak baoa ni Tungganeniba Tulang Tulang naposo, Pardihuta niba manjou Amang Amang naposo, Jala jouonna iba Amangboru/Namboru. • Boru ni Tungganeniba Maen Pariban ni Anakniba. Jouonna iba Amangboru/Namboru. Alai molo dioli Anakniba Paribanna boru ni Tulangna gabe Parumaenniba ma Maenniba hian, jala gabe marsimatua ma maennibai jala anaknibai gabe Hela ni Tulangna ndang be Berena. Keuntungan menikah dengan pariban Inilah keuntungan menikah dengan pariban yang harus kamu ketahui. 1. Tidak perlu repot-repot mencari cewek buat PDKT 2. Tidak perlu waktu untuk saling mengenal 3. Mempererat hubungan kekeluargaan Kekurangan menikah dengan pariban Berikut ini kekurangan kerugian jika menikah dengan pariban. 1. Tidak menambah saudara 2. Dicap tidak bisa mencari pacar dan terkesan dijodohkan 3. Resiko penyakit yang menyerang keturunan
Jika kamu orang Batak, mungkin kamu cukup familier dengan aturan-aturan yang berlaku di sana termasuk salah satunya dalam hal pernikahan. Melansir berbagai sumber, hal ini ternyata menjadi kewajiban demi melanjutkan keturunan kalau bisa laki-laki agar bisa melanjutkan marga yang kamu orang Batak atau saat ini kamu memiliki pacar orang Batak, kamu perlu mulai tahu, apakah jalanmu akan mudah atau sedikit perlu perjuangan ekstra ke depannya. Pasalnya aturan yang berlaku masih banyak diterapkan oleh para orang tua. Nah, sebelum memutuskan untuk melangkah lebih jauh, ketahui dulu yuk apa saja sih aturan menikah dalam adat ini? Simak ulasannya berikut ini sampai habis ya!1. Dua orang dengan marga yang sama tidak diperbolehkan menikah karena dengan marga tersebut berarti kalian ada hubungan saudaraSudah sayang ternyata satu marga/ Credit Batak Gaul via Golongan saudara ini di adat Batak disebut Mariboto. Sebuah contoh yang diberikan oleh situs Hita Batak adalah jika ada orang bernama Togar dengan marga Nainggolan lalu bertemu dengan seorang perempuan, Rodiana Boru Naiggolan, maka walaupun bertemunya di tempat yang jauh mereka tetap tidak bisa menikah karena marga yang sama yang menunjukkan bahwa mereka memiliki hubungan Meskipun tidak sama, ternyata tetap ada juga marga-marga yang tak boleh melangsungkan pernikahan jugaSudah semarga tetap tak bisa bersama/ Credit Hipwee via adat Batak, ada hal yang disebut Namarpadan. Dilansir dari Batakpedia, marpadan berarti berjanji, mengadakan persekutuan. Awalnya padan ini terjadi antara satu keluarga dengan keluarga yang lain atau antara golongan keluarga dengan kelompok keluarga yang lain dengan marga berbeda. Konsekuensinya setiap pihak yang berikrar wajib menganggap anak-anak dari orang yang juga berikrar adalah anak sendiri. Dilansir dari The Bride Dept berikut beberapa marga yang marpadan yang tak boleh menikah. Purba dan Lumbanbatu Pasaribu dan Damanik Tampubolon dan Sitompul Tampubolon dan Silalahi Nainggolan dan Siregar Sihotang dan Toga Marbun Simanungkalit dan Banjarnahor Simamora Debataraja dan Lumbangaol Simamora Debataraja dan Manurung Simanungkalit dan Banjarnahor Hutabarat dan Silaban Sitio Manulang dan Panjaitan Sinambela dan Panjaitan Sitorus dan Hutajulu Sitorus Pane dan Nababan Sibuea dan Panjaitan Naibaho dan Lumbantoruan 3. Meskipun biasanya terjadi perjodohan dengan pariban, namun ternyata ada juga pariban yang tak boleh dinikahiPariban secara sederhana adalah sepupu, menurut situs pariban adalah putri saudara laki-laki ibu boru ni tulang atau putra saudara perempuan ayah anak ni namboru. Biasanya seseorang justru dijodohkan dengan pariban-nya. Namun ternyata tak semua pariban bisa dinikahi. Jika ada lima anak yang memiliki pariban kandung berjumlah lima, maka hanya satu anak yang boleh menikahi pariban-nya. Empat sisanya tidak boleh menikahi pariban Selain beberapa orang di atas, alah satu yang juga tak bisa dinikahi adalah Boru dari NamboruAturan pertama adalah aturan yang berlaku untuk laki-laki. Anak laki-laki tak boleh menikahi anak perempuan dari namboru atau saudara kandung perempuan dari ayah. Tapi sebaliknya, anak perempuan justru boleh menikah dengan anak namboru-nya sendiri karena di sini mereka salah satu koresponden Hipwee yang merupakan orang Batak, salah satu yang juga mesti dipertimbangkan saat menikah dengan seseorang bersuku Batak adalah mahar atau sinamot-nya. Walaupun bisa ditawar, tapi ternyata pihak perempuan bisa meminta mahar ini dalam jumlah yang cukup banyak sebagai tanda apakah si pria serius terhadap calonnya. Banyak juga yang merantau dan akhirnya menikah dengan suku yang berbeda. Jika pernikahan ini terjadi, ada juga istilah membeli marga agar tak terputus begitu saja. Tim Dalam Artikel Ini
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_275738" align="aligncenter" width="116" caption=" Suku Batak terkenal dengan adat istiadatnya yang sangat rumit dan unik, posisi adat dalam suku Batak berada pada urutan kedua setelah Agama. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari adat memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat Batak, adat menjadi alat pemersatu antara individu dengan individu yang lain, antara satu keluarga dengan keluarga lain, antara marga yang satu dengan marga yang lain. Adat sangat dijunjung tinggi keberadaannya oleh orang Batak karena adat menjadi sebuah alat dapat mengatur kekerabatan suku-suku Batak. Dengan mengetahui adat, maka orang Batak akan bisa memposisikan dirinya ketika berkenalan dengan orang baru hanya dengan menanyakan marga orang tersebut. Dalam acara-acara Batak juga tidak lepas dari adat, baik acara sukacita maupun dukacita. Ciri yang paling khas adalah kehadiran ulos dalam setiap acara Batak. Salah satu yang cukup rumit dan unik dalam adat Batak adalah pernikahan, bagi suku Batak pernikahan adalah sebuah acara yang sangat berharga. Pernikahan bagi masyarakat Batak khususnyaorang Toba wajib dilaksanakan dengan menjalankan sejumlah ritualperkawinan adat Batak setelah menerima pemberkatan dari Gereja. Dalam keunikan dan ragam keistimewaannya, upacara pernikahan adatBatak Tobacukup merepotkan, apabila dibandingkan dengan pernikahan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Acara adat Batak bisa berlangsung dari pagi hingga malam hari pukul 10 WIB karena panjangnya tata acara adat yang dilaksanakan. Sehingga bagi mereka yang baru pertama mengikuti acara nikah orang Batak akan merasa heran dengan panjangnya acara tersebut. Pernikahan Batak akan dipandang sah dalam masyarakat harus mengikuti tata adat yang berlaku. Walau sebenarnya pemberkatan di Gereja adalah hal yang paling utama, namun jika tidak melakukan acara adat secara penuh adat na gok maka keluarga yang baru terbentuk belum sah posisinya dalam adat batak. Berikut ini tata adat dalam pernikahan Batak yang disebut dengan adat na gok pernikahan orang Batak 1. Mangarisika/ Perekenalan dan bertunangan. Dalam hal ini pihak pria melakukan kunjungan tidak resmi ke rumah wanita dalam rangka penjajakan atau perkenalan pihak keluarga pria kepada orang tua wanita, biasanya diutus dua atau tiga orang dari pihak pria. Jika pihak wanita terbuka untuk menerima peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda kasih tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata berupa kain, cincin emas, dan lain-lain. 2. Marhori-hori Dinding/Marhusip Marhusip Indo berbisik, marhusip bukan dalam artian pihak pria dan pihak wanita berbisik-bisik. Akan tetapi pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum. Tahap ini adalah kelanjutan dari mangarisika, yaitu acara bertamu antara orang tua serta kerabat pria kepada orang tua serta kerabat wanita. Akan tetapi akhir-akhir ini acara Marhori hori Dinding sudah agak melenceng dari sebenarnya dimana acara ini tidak hanya menjajaki lagi namun sudah langsung membicarakan hal-hal pokok seperti berapa besarnya nilai Mas Kawin / sinamot yang akan diberikan pihak pria kepada pihak perempuan tersebut, tempat Pesta Pernikahan, akan tetapi pembicaraan ini belum bersifat resmi. 3. Marhata Sinamot Sinamot adalah tuhor ni boru, dalam adat Batak, pihak pria “membeli” wanita yang akan jadi istrinya dari calon mertua. Jumlah sinamot yang akan dibayarkan pria kepada pihak wanita dibicarakan dalam acara ini, sebelum membicarakan jumlah sinamot, terlebih dahulu acara makan bersama yang dihadiri beberapa orang pihak pria dan wanita. Acara ini dilakukan di rumah kaum wanita, pihak pria tanpa pengantin datang ke rumah wanita membawa juhut/daging dan makanan untuk dimakan bersama. Setelah makan bersama dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut daging kepada anggota kerabat, yang terdiri dari 1. Kerabat marga ibu hula-hula 2. Kerabat marga ayah dongan tubu 3. Anggota marga menantu boru 4. Pengetuai orang-orang tua/pariban 5. Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-masuon. Dalam acara ini ada beberapa hal pokok yang dibicarakan yaitu 1. Sinamot. 2. Ulos 3. Parjuhut dan Jambar 4. Jumlah undangan 6. Tanggal dan tempat pesta. 7. Tatacara adat 5. Martumpol baca martuppol Acara ini adalah penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja. Martumpol dilakukan biasanya dua minggu sebelum pesta pernikahan. Dalam acara ini kedua pengantin ikut hadir serta anggota keluarga ke Gereja. Selanjutnya pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari kedua mempelai melalui warta jemaat, yang biasa disebut dengan Tingting baca tikting seperti pemberitahuan bahwa kedua belah pihak akan menikah. Tingting harus dilakukan dua kali hari minggu berturut-turut, setelah dua kali tingting tidak ada gugatan dari pihak lain baru dapat dilanjutkan dengan pemberkatan nikah pamasu-masuon. 6. Martonggo Raja atau Maria Raja. Martonggo raja adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara yang bertujuan untuk empersiapkan kepentingan pesta/acara yang bersifat teknis dan non teknis, dalam acara ini biasanya dihadiri oleh teman satu kampung, dongan tubu saudara. Pihak hasuhuton tuan rumah memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta temansekampung untuk mebantu mepersiapkan acara dan penggunaan fasilitas umum pada pesta yang telah direncanakan. 7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason Pemberkatan Pernikahan Pemberkatan pernikahan kedua mempelai dilakukan di Gereja oleh Pendeta, setelah pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah pemberkatan dari Gereja selesai, kemudian kedua belah pihak pulang ke rumah untuk mengadakan acara adat Batak dimana pesta ini dihadiri oleh seluruh undangan dari pihak pria dan wanita. 8. Pesta Unjuk Setelah selesai pemberkatan dari Gereja, kedua mempelai juga menerima pemberkatan dari adat yaitu dari seluruh keluarga terkhusus kedua orang tua. Dalam pesta adat inilah disampaikan doa-doa bagi kedua mempelai yang diwakili dengan pemberian ulos. Kemudian dilakukan pembagian jambar jatah berupa daging dan juga uang yaitu 1. Jambar yang dibagi-bagikan untuk pihak wanita adalah jambar juhut daging dan jambar uang tuhor ni boru dibagi menurut peraturan. 2. Jambar yang dibagi-bagikan bagi pihak pria adalah dengke baca dekke/ ikan mas arsik dan ulos yang dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke rumah paranak. 9. Mangihut di ampang dialap jual Dialap Jual artinya jika pesta pernikahan diadakan di kediaman kaum wanita, maka dilakukanlah acara membawa mempelai wanita ke tempat mempelai pria. 10. Ditaruhon Jual. Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai wanita dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru upah mengantar, sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal. 10. Paulak Unea a. Seminggu setelah pesta adat dan wanita tinggal bersama dengan suaminya, maka pihak pria, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa lajangnya acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam pernikahan. b. Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung halamannya/rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru. 11. Manjae Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga kalau pria tersebut bukan anak bungsu, maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah tempat tinggal dan mata pencarian. Biasanya anak paling bungsu mewarisi rumah orang tuanya. 12. Maningkir Tangga baca manikkir tangga Setelah pengantin manjae atau tinggal di rumah mereka, maka orang tua serta keluarga pengantin datang untuk mengunjungi rumah mereka, dan diadakan makan bersama. Demikianlah tata pernikahan dalam adat Batak yang disebut dengan adat na gok, akan tetapi akhir-akhir ini tidak semua lagi urutan ini dilakukan seperti semula, terutama orang-orang Batak yang diperantauan. Beberapa sudah dibuat menjadi lebih simpel, ada juga sebagian yang digabungkan pelaksanaannya. Terimakasih. Salam. Lihat Sosbud Selengkapnya
keuntungan menikah dengan orang batak